Apa yang berputar hari ini, beberapanya memang karena usaha dan kerja keras masing-masing dari kita. Tapi tidak semua, iya kan? Ada permainan tangan Tuhan; yang mungkin saja bergantung pada seberapa keras kita berusaha menembus langit-Nya tiap sepertiga malam akhir, atau seberapa hebat kita yakinkan Tuhan bahwa kita pantas dapatkan itu.
Bisa jadi, Tuhan tetap berikan apa yang kita mau meski usaha kita nyaris minim—hanya sekedar mengingatkan tentang kasih sayang yang tanpa batas dari-Nya, atau malah menguji kita dengan mengirim kesulitan bersamaan dengan hadiah-Nya.
Bisa jadi, Tuhan menukar hadiah yang kita inginkan dengan sesuatu yang kita harap tidak terjadi pada kita—untuk menguji, seberapa kuat iman kita pada-Nya, atau sekedar memberikan hadiah yang ternyata lebih indah, yang kita bahkan tidak bayangkan sebelumnya.
Bisa jadi, mau kita dan mau Tuhan bertemu. Mungkin, ketika itu kita telah berusaha dan berdoa sampai sesak rasanya hati tiap menyentuh bumi-Nya, hingga kemudian para malaikat ikut mengaminkan disela air mata yang tertumpah.
Namun sama saja. Pada akhirnya semuanya ada pada-Nya. Tidak satu pun yang tahu, apa yang akan terjadi pada kita esok. Bahkan kita masih menerka-nerka, kabar apa yang akan sampai pada kita hari ini.
Beberapa dari kita akan menerima dengan lapang atas apa yang telah diperoleh. Beberapa yang lain akan berusaha bernego dengan Tuhan. Memohon, memohon, dan memohon sepenuh hati agar harapnya tercapai. Agar jalannya dapat berbalik ke inginnya.
Keduanya baik. Apakah kita berhenti dengan lapang dan ikhlas, atau kembali berikhtiar bersama-Nya, bukanlah masalah. Selama kita terus menyertai Tuhan di sepanjang perjalanan, Tuhan akan nyamankan hati kita pada kondisi terbaik.
Karena pada nyatanya, memang kita sendiri, kan, yang memohon agar dijadikan pribadi yang lapang hatinya, teguh dan kuat?
Bisa jadi, Tuhan tetap berikan apa yang kita mau meski usaha kita nyaris minim—hanya sekedar mengingatkan tentang kasih sayang yang tanpa batas dari-Nya, atau malah menguji kita dengan mengirim kesulitan bersamaan dengan hadiah-Nya.
Bisa jadi, Tuhan menukar hadiah yang kita inginkan dengan sesuatu yang kita harap tidak terjadi pada kita—untuk menguji, seberapa kuat iman kita pada-Nya, atau sekedar memberikan hadiah yang ternyata lebih indah, yang kita bahkan tidak bayangkan sebelumnya.
Bisa jadi, mau kita dan mau Tuhan bertemu. Mungkin, ketika itu kita telah berusaha dan berdoa sampai sesak rasanya hati tiap menyentuh bumi-Nya, hingga kemudian para malaikat ikut mengaminkan disela air mata yang tertumpah.
Namun sama saja. Pada akhirnya semuanya ada pada-Nya. Tidak satu pun yang tahu, apa yang akan terjadi pada kita esok. Bahkan kita masih menerka-nerka, kabar apa yang akan sampai pada kita hari ini.
Beberapa dari kita akan menerima dengan lapang atas apa yang telah diperoleh. Beberapa yang lain akan berusaha bernego dengan Tuhan. Memohon, memohon, dan memohon sepenuh hati agar harapnya tercapai. Agar jalannya dapat berbalik ke inginnya.
Keduanya baik. Apakah kita berhenti dengan lapang dan ikhlas, atau kembali berikhtiar bersama-Nya, bukanlah masalah. Selama kita terus menyertai Tuhan di sepanjang perjalanan, Tuhan akan nyamankan hati kita pada kondisi terbaik.
Karena pada nyatanya, memang kita sendiri, kan, yang memohon agar dijadikan pribadi yang lapang hatinya, teguh dan kuat?
Sekarang, semua menempuh jalan masing-masing. Meski bersinggungan, bukan berarti beriringan. Tapi jangan putus harap dan kesepian, karena doa kami, akan terus beterbangan di setiap pagi dan petang.
No comments :
Post a Comment