9/09/2014

PERJALANAN MEMBALIK BENDERA

Sudah umum jika melihat suatu rumah dari kamar mandinya. Jika melihat suatu kota, banyak sekali kriterianya. Menurut saya, kota yang baik dilihat dari bunga, burung dara, pejalan kaki/pesepeda, bayi, dan lansia ditemui disepanjang jalan.
Hanya kota yang buruk yang seakan tak mengizinkan bunga untuk mekar, burung dara untuk terbang, pejalan kaki/pesepeda merasa aman, bayi untuk didorong ibunya, dan lansia untuk mengangkat tongkatnya.

Saya melihat lima hal itu di kota tua, Krakow.

Pertama, saya ingin mengucapkan terima kasih maksimal, tak terhingga deh pokoknya. Mungkin saya tak mendapat pengalaman ini jika tanpa dukungan dan doa dari temen-temen sekalian. Pun ketika Pelatnas, kerasa banget bedanya sama asrama. Kayaknya tiap orang lewat kamar saya dan liat saya baca Geografi, mereka selalu senyum lalu bilang semangat dan doa. Siapapun pasti bahagia bersama temen-temen yang begitu mudah memberi doa.

Sebenernya saya sudah pesimis sepulang ujian terakhir sebelum wisuda. Waktu itu, performa saya tidak seprima pelatnas sebelumnya. Saya tidak menjawab pertanyaan dengan percaya diri. Saya harus mengikuti ujian duluan, tujuh jam dari siang hingga malam. Bahkan ternyata, masih ada ujian tambahan via email yang saya kerjakan dengan beberapa tragedi.

Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk berjuang lagi. *iket kepala mode on*

Saya pun kembali ke Bandung untuk Pelatnas 4. Di sela itu, saya senang bisa ketemu sama beberapa temen lewat bukber region Bandung. Beberapa hari setelah lebaran, kembali lagi ke Bandung. Ternyata, kontingen saya harus diuji karena visa belum masuk kedubes Polandia. Itu sangat bahaya dan dapat membuat kami terancam gagal berangkat. Dengan perjuangan sedemikian rupa—sampe dosennya sakit—kami dapet visa di jam-jam terakhir. Kami hanya mendapat visa single entry ke Polandia. Harapan kami dapet Schengen Visa gagal dan tiket Lufthansa via Frankfurt yang sudah dipesan harus dibatalkan.

8/17/2014

Sepuluh Kata

Tiga tahun...
Bisa menjadi bilangan
Mungkin menjadi peringatan
Terkadang menjadi tujuan
Pernah menjadi keluhan
Tak jarang menjadi beban
Namun bagi kami,
tiga tahun adalah kebersamaan penuh kenangan...

***

8/08/2014

Bicara Sekarang

Apa yang berputar hari ini, beberapanya memang karena usaha dan kerja keras masing-masing dari kita. Tapi tidak semua, iya kan? Ada permainan tangan Tuhan; yang mungkin saja bergantung pada seberapa keras kita berusaha menembus langit-Nya tiap sepertiga malam akhir, atau seberapa hebat kita yakinkan Tuhan bahwa kita pantas dapatkan itu.

Bisa jadi, Tuhan tetap berikan apa yang kita mau meski usaha kita nyaris minim—hanya sekedar mengingatkan tentang kasih sayang yang tanpa batas dari-Nya, atau malah menguji kita dengan mengirim kesulitan bersamaan dengan hadiah-Nya.

7/21/2014

Satu tujuan akhir

Beberapa waktu lalu, ribuan anak dari seluruh nusantara menginginkan bis MAN Insan Cendekia Serpong sebagai moda transportasi.
Bis ini terkenal baik.
Bis ini dipercaya sebagai salah satu bis terbaik di nusantara.
Dari ribuan anak, hanya 120 anak yang boleh menaiki bis tercinta itu.
Hanya tersedia 120 tiket bis.
Ribuan anak berebut ingin mendapatkan tiket tersebut.
Hingga setelah melewati beberapa seleksi, terpilihlah 120 anak yang berhak mendapatkan tiket bis tercinta.

7/18/2014

Tentang Seorang Pujangga yang Berlabuh ke Polandia



Sebenarnya ini hanyalah sebuah keisengan. Karena sedang tidak ada topik untuk menulis, jadi saya memilih untuk lebih memperkenalkan kepada dunia sosok yang sangat ajaib. Begitulah sekiranya kami mengenalnya sepanjang tiga tahun ini.


Uyun Charisa Aziza

Nama indah yang dititipkan pada insan mulia ini. Lahir di Blitar tepatnya pada 24 April, delapan belas tahun silam. Yang kemudian atas izin-Nya kami bertemu dengan sosok yang kerap kami sapa dengan “bunda” ini.

7/15/2014

DAMN! I LOVE MAGNIVIC ALENCEARIN!

       Rasa-rasanya baru sebentar, hanya tiga tahun. Akan tetapi bekas yang ditinggalkan bisa jadi selamanya. Akhirnya saya bisa membuktikan dengan sendirinya apa yang selama ini orang-orang katakan. Kata orang, masa SMA adalah masa yang paling indah. Ternyata mungkin benar apa yang dikatakan orang-orang meskipun saya masih belum tahu bagaimana kehidupan saya ke depan. Setidaknya saya cukup merasakannya setelah 14 tahun  duduk di bangku sekolah.

7/09/2014

PUISI UNTUK MAGNIVIC

Oleh: Ida Nada

Magnivic Alencearin
Seratus dua puluh dalam satu kubu

Teringat kental dalam memoriku
Ketika asa dan kenyataan tak pernah sama dalam pencapaian

Happy Birthday MAGNIVIC!

17 Ramadhan 1434H / 26 Agustus 2013

“Miladus sa’idah MAGNIVIC ALENCEARIN! Happy birthday to us.”

Magnivic Alencearin, angkatan ke 17 MAN Insan Cendekia Serpong ini kini genap berusia 2 tahun. Tahun ketiga kami berada di sekolah ini. Hal itu menyiratkan bahwa inilah ulang tahun Magnivic terakhir yang akan kami rayakan bersama dengan menyandang status sebagai siswa MAN Insan Cendekia Serpong. Karena untuk ulang tahun Magnivic yang berikutnya, tentu saja tak lagi kami berada di satu tempat yang sama seperti sekarang ini.

7/06/2014

Tentang Ikhlas

Ikhlas itu..
menentukan diterima atau tidak diterimanya aktivitas kita sebagai ibadah, 
Karenanya pastikan ia senantiasa menyertai setiap aktivitas kita

Ikhlas itu…. 
Ketika nasehat, kritik dan bahkan fitnah, tidak mengendorkan amalmu dan tidak membuat semangatmu punah.

6/28/2014

Bercengkerama dalam Doa

Terasa.

Sungguh terasa memulai Ramadhan tahun ini tanpa kalian semua. Ada sesuatu yang hilang, yang mau tak mau kucari ditengah-tengah kesibukan yang terus dicari-cari manfaatnya.

Tidak ada lagi I-Fun dengan semua tektek bengeknya. Tabligh akbar, talkshow penulis, tarik tambang, lomba ta'jil, carpediem spesial Ramadhan, hm, semuanya sekarang cuma bisa kita reka ulang sambil senyum-senyum.

Rasa kehilangan yang hilang-muncul sebulan terakhir jadi menguat akhir-akhir ini. Seperti yang disampaikan oleh teman lain di entri sebelumnya,
Bila kupikir sekarang, akan adakah orang yang akan membangunkanku sahur dengan cara mengumandangkan adzan saat pukul 3 pagi? atau dengan membunyikan petasan dalam ruangan? Akan adakah kesibukan mempersiapkan acara sehingga bisa menjadikan apa yang kita lakukan bernilai ibadah? Akan adakah keramaian orang yang berlomba-lomba melantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an setelah kita menyempurnakan salam sholat fardhu? Akan adakah pembacaan asmaul husna dengan macam-macam kreativitasnya (walau kadang agak berlebihan)?

Yang Akan Selalu Terkenang

INSAN CENDEKIA
Sebuah Nama, Sebuah Cerita

Tak terasa waktu sudah mengantarkanku pada penghujung masa pengabdian. Suatu hari yang tak pernah terbayangkan dengan jelas dalam benakku. Suatu hari dimana segala rasa akan terlebur menjadi satu. Layaknya ketujuh warna pelangi yang terspektrumisasi menjadi cahaya putih nan terang. Air mata bahagia dan tangis sedih mengingatkan pada setiap jengkal memori yang pernah terjadi. Akankah masa itu akan datang kembali, walaupun roda masa takkan pernah bergulir kembali.

Ini, Ramadhan Terakhir Kalian Di sini!

Sore itu, dengan agak tergesa-gesa, kupakai baju dan bergegas pergi meninggalkan kamar. Baru 5 langkah setelah ku meninggalkan teras, terdengar seorang maudzin yang mengumandangkan adzan.  “Alhamdulillah…” ucapku saat itu. Sebelumnya aku mengira bahwa tidak akan ada yang mengumandangkan adzan. Begitu kudengar suara adzan itu, maka respon hamdalah itu lah yang keluar dari mulutku. Dengan perasaan lebih tenang kulanjutkan langkahku menuju masjid. Ketika hendak memasuki masjid, aku dihadang oleh seorang guru. Nampaknya beliau telah menungguku sejak melihatku menuju masjid. 

Dari mana saja ?” tanya beliau. Kujawab, “Tadi saya baru bangun Bu, agak telat”. “Kalian ini, bukannya berlomba-lomba dalam kebaikan, malah enak-enakan tidur di asrama. Kalian ini paling tua sekarang. Paling dekat lagi ke masjid. Nggak ada satu pun kelas 3 yang datang duluan. Ini Ramadhan terakhir kalian di sini! ”.

Mendengar ucapan beliau, aku hanya menundukkan kepala sambil mendengarkan lanjutan nasihat yang beliau sampaikan. Kupikir waktu itu, “Ah, ini mah udah biasa”. Memang beliau (guru tadi) termasuk guru yang seringkali mengingatkan murid-muridnya untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan baik. Apalagi angkatan kami memang tergolong sering berinteraksi dengan beliau. Mungkin beliau merasa memiliki hubungan yang kuat dengan kami, entahlah.

6/26/2014

Mencintai Sejantan Ali

                Ada rahasia terdalam di hati Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fatimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, dan parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan pendarahan ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis.

6/16/2014

Another D-Day's Coming

When the time has come for us to meet our end
How are we supposed to feel?
Should it be as if we were watching a good movie?
To be more and more intrigued as we approach the end?
Or should it be as if we were on a short trip?
To feel nothing special, having the same feeling as when we were on the way?
Or actually it was a long trip?
That makes us feel very relieved to finally arrived at our destination?
Or is it like reading an end of a good series of manga?
To feel that it shouldn't have ended?
Which is it?
How exactly our feeling going to be?

-Luthfi Naufan, via Facebook-

I know the feeling. There will be a day when you wish high school will never end. My suggestion, spare some extra time, just sitting in the middle of your room, thinking of all the things that have happened. Not to regret them, but to let go, to say the proper farewell gesture to all the good and the bad, the fun and the difficult, the hatred and the love.
Embrace the coming life like this was only the preface of your own novel. Make it epic and fantastic!

-Ms Yuna Kadarisman, via Facebook-

***

6/07/2014

Pesan untuk Magnivic Alencearin

Wisuda Magnivic Alencearin, 31 Mei 2014

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi rabbil Alamin, kita sama-sama panjatkan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan ras dan suku, yang mempertemukan mereka agar saling mengenal dan mengerti satu sama lain, karena nikmat iman, islam dan kesehatanlah kita bisa berhimpun dalam momen yang langka ini, wisuda MAGNIVIC ALENCEARIN angkatan 17 MAN Insan Cendekia Serpong.