Sudah umum jika
melihat suatu rumah dari kamar mandinya. Jika melihat suatu kota, banyak sekali
kriterianya. Menurut saya, kota yang baik dilihat dari bunga, burung dara,
pejalan kaki/pesepeda, bayi, dan lansia ditemui disepanjang jalan.
Hanya kota
yang buruk yang seakan tak mengizinkan bunga untuk mekar, burung dara untuk terbang,
pejalan kaki/pesepeda merasa aman, bayi untuk didorong ibunya, dan lansia
untuk mengangkat tongkatnya.
Saya melihat lima hal itu di kota tua, Krakow.
Pertama, saya ingin mengucapkan terima kasih maksimal, tak
terhingga deh pokoknya. Mungkin saya tak mendapat pengalaman ini jika tanpa
dukungan dan doa dari temen-temen sekalian. Pun ketika Pelatnas, kerasa banget
bedanya sama asrama. Kayaknya tiap orang lewat kamar saya dan liat saya baca
Geografi, mereka selalu senyum lalu bilang semangat dan doa. Siapapun pasti
bahagia bersama temen-temen yang begitu mudah memberi doa.
Sebenernya saya sudah pesimis sepulang ujian terakhir
sebelum wisuda. Waktu itu, performa saya tidak seprima pelatnas sebelumnya. Saya
tidak menjawab pertanyaan dengan percaya diri. Saya harus mengikuti ujian duluan,
tujuh jam dari siang hingga malam. Bahkan ternyata, masih ada ujian tambahan via
email yang saya kerjakan dengan beberapa tragedi.
Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan oleh Allah SWT
untuk berjuang lagi. *iket kepala mode on*
Saya pun kembali ke Bandung untuk Pelatnas 4. Di sela itu,
saya senang bisa ketemu sama beberapa temen lewat bukber region Bandung. Beberapa
hari setelah lebaran, kembali lagi ke Bandung. Ternyata, kontingen saya harus
diuji karena visa belum masuk kedubes Polandia. Itu sangat bahaya dan dapat
membuat kami terancam gagal berangkat. Dengan perjuangan sedemikian rupa—sampe
dosennya sakit—kami dapet visa di jam-jam terakhir. Kami hanya mendapat visa
single entry ke Polandia. Harapan kami dapet Schengen Visa gagal dan tiket
Lufthansa via Frankfurt yang sudah dipesan harus dibatalkan.
10-11 Agustus 2014
Saya berangkat hari Ahad tanggal 10 Agustus di bandara
Soekarno Hatta. Disana saya bertemu dengan guru IC dan adek kelas. Mereka
memberi saya 2 buku yang isinya tulisan semangat dari para adek kelas di IC,
AlMa’tsurat, dan… ini dia kesukaan saya, Rendang! Buatan bu Nova
loo. Sebenernya, saya harus masuk bagian imigrasi pukul enam. Tapi, saya harus
menunggu teman yang Alhamdulillah
akhirnya datang di menit-menit terakhir. Terima kasih banyak buat Ali dan Labib.
Perjalanan saya cukup panjang. Sekitar sejam lebih ke Changi
Airport + duabelas jam ke Istanbul + transit enam jam di Attaturk Airport +
sekitar dua jam ke Frederik Chopin di Warsawa. Akhirnya datang di Polandia
tanggal 11 Agustus siang hari pada musim panas yang dingin. Bahkan kami datang
dengan disambut guyuran hujan. Nampaknya kami masih capek untuk perjalanan ke
Krakow (baca: krakuf). Kami pun
menginap semalam di Warsawa.
12 Agustus 2014
Pagi hari kami menuju Kedubes Indonesia
untuk Polandia. Kabarnya, dengan baiknya hubungan Indonesia-Polandia, pak SBY
mengapresiasi dengan mengunjungi kedubes itu. Akhirnya kami pun diantar ke
airport oleh orang kedubes.
Kami perlu sekitar sejam dari Warsawa ke Krakow. Sedatangnya di
bandara Krakow, kami sudah disambut dengan panitia. Panitia memberikan nametag
yang juga menjadi tiket gratis tram atau bis umum selama kegiatan. Selagi menunggu
bis, saya berbincang dengan anak Bulgaria. Salah satu perbincangan kami adalah
cuaca hari itu yang sedikit mendung dan dingin yang tak jauh beda dengan
Bulgaria. Saya bilang kalo saya merasa kedinginan dengan suhu seperti itu. Dia
pun berkata ‘of course, you live in paradise’. Saya merasa senang karena
dibilang tinggal di surga. Apalagi kalo saya bidadarinya hahaha.. Kami pun
menuju hotel dengan bis umum bersama panitia dan beberapa perserta dari negara
lain. Waktu itu, kami berdiri dekat teman Montenegro yang ternyata muslim dan
muslimah. Kami berbincang blablabla. Tradisi silaturahim kita sama. Bahkan yang
perempuan bilang ‘Actually I have strong willing to wear hijab’ wow..semoga
saja.
Kami pun akhirnya sampai di Hostel Za Kolumnami. Sebenernya, itu
adalah asrama mahasiswa. Tapi, sudah jadi hal umum disana jika pada libur
panjang maka asrama berubah menjadi hostel untuk pengujung kota. Panitia
memberi paket tas, 2 kaos, notes, bolpoin,booklet kegiatan, berbagai peta dan
booklet tentang Krakow, dan handuk ukuran jumbo. Mereka cukup menambah bawaan
saya. Setelah
menaruh bawaan, kami menuju kantin Krakowiak. Panitia memberi kupon makan dan
memberi arahan makanan mana yang boleh saya pilih, makanan bagi
vegetarian. Saya memilih sup sesuatu dengan pasta dan aha.. ada nasi juga. Lidah
saya kurang suka dengan makanan Eropa yang kurang bumbu. Menurut saya, supnya
kurang nendang dan nasinya aneh karena terlalu lembek dan dicampur banyak
potongan apel, pepaya, dan lainlain. Apalagi, porsinya terlalu besar untuk saya. Untuk
air mineral, disana sangat umum jika air mineral mengandung gas seperti
soda. Pantesan, waktu di pesawat, setiap kami minta mineral water malah dikasih
air soda. Kalo mau minum harus milih-milih yang niegazowana/no gas.
Menjelang sore, kami berjalan sekitar 1 kilometer menuju
universitas untuk pembukaan bersama kontingen Polandia. Kami membawa bendera
dengan warna sama namun beda urutan warna. Mereka baik dan ramah pada kami,
seakan saudara. Kami bertanya banyak hal seperti pengucapan kata di Polandia yang
cukup unik sebagaimana rumpun bahasa Slavic. Contohnya nama Tomasz dibaca Tomek,
sedangkan nama Michal dibaca Micau. Pembukaan berjalan cukup cepat tanpa banyak
sambutan penuh basabasi. Lalu, kita dihibur dengan band rock.
13 Agustus 2014
Kami mulai tes pertama, written response
test, yaitu tes tulis dengan menjawab esai. Soalnya enam beranak yaitu enam dari
dua belas mata subjek geografi. Ujian ini menggunakan bahasa Inggris langsung
tanpa terjemahan. Untuk kami non native, diberi setengah jam tambahan dan boleh
menggunakan kamus. Ya udahlah ya..gak usah dibahas lagi.
Setelah tes, kami makan siang di Piast cafeteria. Ngomong-ngomong,
Piast adalah nama dinasti kuno termahsyur zaman dulu. Lagi-lagi, saya harus memilih
makanan diantara makanan yang semua porsi besar dan kurang rasa. Yang saya suka
adalah minumannya yang segar dari buah bangsa beriberian.
Lalu, kami menuju old market square yang sering menjadi
landmark kedua kota tua Krakow meskipun hujan cukup deras. Tempat ini merupakan
market square terbesar yang penting di Eropa sejak zaman baheula. Kami juga
mengujungi kota bawah tanahnya dan gereja Bunda Maria/ Mariacki church yang
memadukan arsitektur Gothic utamanya,
Baroque, hingga Renaissance. Dari situ, kami dapat melihat kemajuan budaya dan
ilmu pengetahuan zaman dulu yang menyimbolkan wealth dan prestige. Untung saja,
tempat ini tidak luluh lantak pada perang dunia dua. Hujan pun reda dan matahari
mulai terang. Disini, saya mulai jatuh cinta sama kota Krakow. Saya melihat
lima kriteria itu. Banyak bunga, burung dara, hingga nini-kaki juga menikmati
kota mereka.
14 Agustus 2014
Kami dijadwalkan ekskursi seharian di
Pegunungan Pieniny yang merupakan taman nasional di selatan Polandia yang
berbatasan dengan Slovakia. Kami berangkat pagi hari dan perlu dua jam lebih
kesana. Di perjalanan, kami mampir sebentar di sebuah kastil tua yang saya lupa
namanya. Sedatangnya, kami mampir di Szczawnica—the queen of polish water, yang menyuguhkan
berbagai jenis air kaya mineral untuk penyembuhan. Saya coba jenis Josephine
yang rasanya aneh.
Lalu, kami melakukan cycling trip di sepanjang sungai
Dunajec yang membatasi Polandia dan Slovakia. Kami bersepeda sepanjang 12
kilometer di bagian Slovakia. Saya tidak merasa capek karena saya merasa
dimanjakan dengan hawa gunung yang sejuk
dengan hutan khas daerah lintang peralihan di kanan dan sungai Dunajec
dengan hiasan batu granit di sebelah kiri. Rasanya damai gitu.. hah..
Setelah itu, kami dijamu dengan makan siang khas highlanders
Polandia. Baru kali itu saya suka dengan makanan Polandia. Rasanya kerasa dan
pas banget makan anget-anget pas adem-adem kayak gitu. Saya memilih pierogi,
makanan yang sering saya pilih di Piast cafeteria, yaitu semacam siomay
vegetarian yang berisi kentang dan keju. Dan ini dia yang saya suka..sup tomat
dan saya nambah lagi hehe.. sup bawang. Asepnya kebul-kebul. Selain itu,
sebenernya kami disiapkan kambing dan babi guling. Tapi, kalo untuk saya
makannya ikan guling. Nyamnyam..
Kami menikmati makanan dengan alunan music khas highlanders pula.
Menuju bis pulang di parkiran, kami rafting. Raftingnya
bukan memacu adrenalin gitu, tapi ini traditional rafting-nya malah jalannnya
alon-alon di semacam perahu kayu yang dijalankan pakai tongkat panjang. Lama
banget..bikin ngantuk, apalagi dibasuh sama hujan orografis.
15 Agustus 2014
Kami melakukan tes lapangan pertama di sekitar
Blonia Meadow. Sorenya kami melakukan tes multimedia yaitu tes pengetahuan umum
dan tematik dengan multiple choice. Malamnya, kami mengikuti cultural function
dimana tiap negara harus menunjukkan kekhasan negaranya dalam waktu satu
setengah menit saja. Kami menampilkan tarian Betawi sederhana dengan iringan
lagu ondel-ondel. Kami membawa warna budaya Melayu dimana yang lain cukup
memakai baju biasa atau baju khas Eropa yang sudah umum. Yang menurutku bagus
penampilannya itu Mexico, Nigeria, negara-negara Asia seperti Jepang, Mongolia,
Kazakhstan.
Setelah tampil, kami dijamu dengan makanan khas
Polandia. Banyak makanan yang pantang saya makan atau tidak doyan. Saya hanya
mengambil sedikit acar dan ikan. Beneran kangen makanan rumah. Ironi pun terjadi,
untung bukan saya yang mengalami. Saya makan sambil berbincang dengan teman
Jepang dan Rep. Ceko. Teman perempuan saya dari Indonesia berbincang dengan
teman Belanda dan China-Macau. Mereka berbincang tentang makanan. Kebetulan
teman Belanda itu penggemar nasi goreng dan pisang goreng. Lalu teman Macau
bilang ‘pasti makanan Indonesia lebih kaya rasa kan. Soalnya pembantu saya
orang Indonesia’. Itu seakan awkward moment banget :(
Lalu kami menikmati tarian dan musik khas
highlanders yang cukup panjang. Setelah itu, para highlanders mengajari peserta
laki untuk menari dan peserta perempuan untuk menyanyi lagu mereka.
16 Agustus 2014
Kami kembali mengerjakan tes lapangan
yang kedua sampai siang. Untuk acara siang, kami boleh memilih acara bebas atau
ikut panitia berkunjung ke Auswitch. Saya dan temen-temen dari Indonesia memilih
kunjungan ke Auswtich.
Auswitch adalah kata yang sangat kuat untuk menyimbolkan
kekejaman Nazi. Ia menjadi kamp konsentrasi terbesar pada perang dunia kedua.
Ngeri juga suasananya. Apalagi guide nya kalo menjelaskan sesuatu selalu kerasa
banget kasihannya. Guidenya suaranya lirih dan mendayu, seakan dramatis
gitu.
Pertama, kami datang ke Auswitch I. Banyak hal yang dilihat sebagai bukti
ironi sejarah dunia. Banyak foto dan surat para kaum yahudi dari penjuru Eropa.
Mereka dikumpulkan disini untuk bekerja rodi atau persiapan menuju
kematian. Mereka mati dengan tragis di ruangan dimana siapa pun yang masuk pasti
takkan keluar, the gas chamber. Kami pun melihat seabrek peninggalan para
korban. Mulai dari sepatu hingga rambut yang menggunung.
Kedua, kami datang ke
Auswitch Birkenau II yang lebih besar. Kami mengunjungi ruang kamar umum yang
sempit dan minim fasilitas hingga kamar mandi komunal yang sangat
primitif. Auswitch adalah saksi bisu yang menjadi the largest cemetery in the world *ngutip kata guide sambil mimik
wajah memelas.
Malam hari, kami harus presentasi poster sebagai lomba
tambahan. Temanya adalah contemporary urban challenge. Kami memilih masalah
sampah Bandung dengan sungai Ciliwung yang disebut-sebut terkotor sedunia dan
ledakan sampah Leuwigajah yang disebut-sebut terbesar kedua di dunia.
Wihh..
Sebagai solusi, kami membawakan waste to energy dan waste to happiness. Kegiatan
volunteering memungut dipercaya dapat memasok kebahagian. Yang kuliah di
Bandung, ikutan gerakan pungut sampah yaaa.
Setiap peserta diberi tiga stiker untuk diberikan pada
poster yang disukai. Sebenernya banyak orang yang memuji poster kita yang paling
baik, tapi mereka pada sudah kehabisan stiker karena kami diberikan tempat yang
kurang strategis. Kami pun terbanyak ketiga setelah New Zealand dan
Nigeria. Poster kami bakal ditampilkan pada International Geography Union
nanti.
17 Agustus 2014
Kami merayakan hari kemerdekaan di tanah
seberang. Kami dijadwalkan ekskursi seharian di kota tua Krakow dan Wieliczka.
Kami menyusuri kota tua abad duabelas dari Barbacan sebagai bangunan paling
depan, St. Florian’s Gate sebagai gerbang utama, the royal way menuju gereja
tua, hingga Kastil Wawel. Kastil Wawel menjadi landmark utama kota Krakow yang
letaknya diatas bukit. Kastil ini menjadi tempat pemberian mahkota hingga kursi
tahta para raja Polandia. Aslinya ini punya Romanesque style. Secara arsitektur,
ini punya campuran Renaissance, Baroque, dan Classicist. Kastil ini terbuka
bagi pengunjung yang ingin menyanjungi: royal chambers, treasury, armory, dan
royal gardens.
Legenda yang utama disini adalah legenda naga. Naga tersebut
tinggal di gua di bawah kastil. Kami disana melihat patung naga yang setiap
sekian menit menyemburkan api. Tak heran jika naga menjadi ikon kota Krakow.
Lalu, kami berjalan lagi menuju Kazimierz yang terkenal
sebagai distrik warga yahudi zaman dahulu.Disini kami mengunjungi sinagog tua
dengan Gothic- Romanesque style dan memasuki sinagog yang masih biasa
dipakai. Bagi lelaki, siapkan saja topi jika tak ingin diharuskan memakai
sesuatu semacam kopyah khas Yahudi selama memasuki sinagog. Banyak hiasan
tulisan Hebrew hingga gambaran Torah. Kami juga mengunjungi remuh atau kuburan
tua yahudi yang unik. Banyak bebatuan yang ditaruh diatas kuburan yang dipakai
untuk ngalap berkah para peziarah. Makan siangnya, kami makan di restaurant
yahudi bernama Ariel yang penuh dengan hiasan khas yahudi dari
lukisan-lukisannya, bintang Daud, hingga lilin Sembilan.
Kemudian kami berkunjung ke salah satu warisan dunia menurut
UNESCO, yaitu tambang garam sejak abad tiga belas, Wieliczka. Garam merupakan
barang paling mahal zaman baheula. Tambang ini pun begitu berharga dengan
panjang sekitar 10 km, lebar hingga 1,5 km, kedalaman 500 meter dengan 2040
ruang. Wow.. Kami pun diajak melihat hebatnya orang zaman dulu untuk melakukan
eksplorasi mahal itu. Ini bukan sekedar perjalanan menuju kedalaman bumi, namun
juga kedalaman sejarah. Bagi kaum mereka, tambang ini juga mejadi perjalanan
kedalaman spiritual yang disebut underground pilgrim’s route "God Bless" menuju
Chapel of Saint Kinga dibawah tanah.
Akhirnya selesai juga jalan-jalan bersama temen-temen berbagai
negara sebelum pengumuman besok. Menurut saya, budaya kita cukup berbeda. Mereka,
temen dari Eropa kebanyakan, tidak rempong. Mereka cukup memotret bangunan dan
beberapa objek ala kadarnya dengan kamera hape. Kami, saya apalagi, keliatan
sering rempong dan ketinggalan. Kalo mau foto, harus mintol orang lain karena
mau difoto subjek dan objeknya. Kalo hasilnya jelek, minta diulang lagi. Pun
urusan belanja, mereka cukup beli satu dua barang. Bahkan panitia hanya memberi
waktu sempit untuk belanja seperti sepuluh menit belanja di Kastil Wawel. Aduh
mbak… mau beli apa coba kalo waktunya cuma segitu.. Padahal kami perlu beli
puluhan atau ratusan barang. Kami, sebagai warga Asia, cukup excited dengan
budaya Eropa yang bagi mereka sudah biasa saja. Juga secara fisik dan tampang,
kami terlihat sangat bocah dibanding mereka yang bongsor dan wajah dewasa.
18 Agustus 2014
Hari pengumuman medalis. Tidak ada firasat
khusus. Alhamdulillah, dapet medali perunggu (meskipun targetnya emas hehehe..),
sertifikat, hadiah atlas karena menang poster ketiga, dan tanpa hadiah uang
(padahal dulu ngiranya kalo olimp internasional di Eropa uangnya bakal gede
hahaha..). Seusai pengumuman, kami dijamu oleh bu Ros yang datang dari Kedubes
Indonesia di Warsawa.
Hah..akhirnya.. selesai juga seneng tapi sedih juga berpisah dengan temen-temen yang memberi banyak cerita
dan pengalaman baru. Mereka sering banget maen bareng mafia game sampe larut
malem. Pada tau mafia game?
Mereka juga udah kasih souvenir lucu-lucu atau
makanan dari negara mereka, mulai dari pin Amerika sampe boneka gerabah dari
Mexico. Ketika malem, saya maen ke lantai bawah. Disana ada temen yang pengen
tuker uang Yuan dan Peso dengan Rupiah. Setelah konversi kasar, saya beri mereka
beberapa ribu. Mereka beneran kaget kukasih uang segitu. Hehe.. padahal itu nggak
begitu sepadan. Oh rupiah..riwayatmu kini.
Selain itu, saya juga main peta buta bareng temen China-Beijing dan Estonia. Ceritanya, anak Estonia itu seakan robot yang mahir banget
gambar peta dengan lekukan garis yang cukup detil di kertas dan dia tahu skala peta
yang ia gambar. Ia membuat titik-titik kota yang harus kita jawab. Ternyata, dia
sudah belajar atlas dari ayahnya sejak kecil. Dia sering membacanya dan itulah
yang terjadi. Aduh mas..mbok ya hafalan Al-Quran aja daripada atlas -.-
Alhamdulillah juga disini bisa ketemu sama saudara sesama
muslim dari Nigeria utamanya, Turki, Montenegro, dan Kazakhstan. Kami banyak
berbincang tentang Islam dengan teman Nigeria yang semuanya muslim bahkan
terlihat dari namanya. Tradisi kita cukup sama ketika Ramadhan dan lebaran.
Ukuran keluarga disana cukup besar juga. Satu suami sangat umum jika memiliki
lebih dari satu istri dan belasan anak. Bahkan, dua teman kami itu adalah
penghafal Al-Quran dan mampu berkomunikasi dengan Bahasa Arab.
Sekarang hostel sepi. Tementemen sudah pada kembali ke negara
masing-masing. Tinggal beberapa temen yang ikut tambahan post iGeo trip.
19-23 Agustus 2014
POST iGeo TRIP:
Post iGeo trip is a geographical-sightseeing trip through
the Polish uplands and lowlands, following the trace of the Polish and
international heritage for the participants of the International Geography
Olympiad 2014.
Polandia adalah salah satu negara penting dalam kajian
geografi yang mana banyak menyimpan sejarah fisik bumi dan manusia, pernah
hilang dari peta, bahkan diramalkan akan menjadi negara adidaya seratus tahun
ke depan. George Friedman dalam bukunya “The Next 100 Years” mengemukakan bahwa
Polandia akan menjadi kekuatan baru dengan istilah ‘Polish Bloc’.
Trip ini berdasar pada geodiversity di Polandia, meridian-wise, dan beberapa elemen warisan dunia menurut UNESCO. Perjalanan menjadi
sangat penting karena menyuguhkan atraksi yang sangat jarang di Indonesia,
seperti old and young postglacial landforms, dune-covered sand spits and
cliffs, dan jejak budaya dan perang dunia di tanah Eropa.
Perjalanan ini dimulai dengan mengunjungi tambang batu bara
coklat Belchatow di Kleszczow. Tambang ini merupakan salah satu tambang batu
bara coklat terbesar di dunia. Tambang ini juga merupakan salah satu percontohan
untuk pertambangan ramah lingkungan yang mereklamasi ekosistem.
Kemudian, rombongan mengunjungi kota Lodz yang disebut
Polish Manchester City karena usahanya dalam mengembangkan industri.
Torun yang masuk daftar warisan dunia menurut UNESCO yang
juga menjadi tanah kelahiran ahli astronomi, Nicholas Copernicus, adalah tujuan
selanjutnya. Torun disebut ‘The Little Krakow’ dan juga peninggalan peradaban
Teutonic. Lalu, kita mengunjungi observatorium astronomi milik universitas
Mikolaj Kopernik.
Malbork yang juga masuk daftar warisan dunia, merupakan
ibukota peradaban Teutonic menjadi benteng batubata terbesar dunia dan menjadi
percontohan architectonic building.
Selanjutnya, rombongan pergi ke Trojmiasto (tiga kota)
yaitu Gdansk, Sopot, dan Gdynia untuk mempelajari coherent town-planning zone
pasca serangan besar PD II hingga ekosistem bawah laut Baltik. Buah tangan yang
paling khas adalah batu amber yang merupakan getah dari zaman purba.
Berharganya batu ini pun disebut “Baltic gold”.
Hari selanjutnya masih di kota yang sama, kami pergi ke tempat
bermulanya perang dunia kedua. Lalu, kami mengunjungi spit dengan padang pasir
yang lembut dan dingin, pantai yang menghadap ke Laut Baltik yang dingin, dan
cliff peninggalan zaman es yang terbentuk dari lempung.
Hari terakhir trip ini, kami pergi ke ibukota, Warsawa. Kami
mengunjungi kota tua dan melihat sisa-sisa perang dunia yang pernah
meluluhlantakkan kota.
Lima hari berturut-turut kami habiskan kebanyakan di dalam
bis dan bergantiganti hotel. Kita menyusur dari selatan ke utara dan kembali ke
ibukota Polandia. Pengennya tepar..
24 Agustus 2014
Sebelum pulang, kami main sebentar ke
landmark kota Warsawa yaitu Pusat Sains dan Budaya. Huh.. Saya harus menghadapi
perjalanan panjang lagi. Kami diantar oleh orang kedubes ke airport dan mendapat
titipan coklat plum dari bu Ros. Saya kembali mengulang perjalanan dua jam ke
Istanbul. Sayang sudah malam dan waktu sempit, saya tidak bisa keluar bandara
untuk jalan-jalan seperti dosen saya yang ke Sultan Mehmet. Kembali mengulang
perjalanan belasan jam ke Singapura lalu Jakarta.
25 Agustus 2014
Alhamdulillah….Akhirnya hawa rumah lagi
dan kembali melihat ornamen merah putih (bukan kebalikan lagi) Saya disambut
oleh kemdiknas dan rombongan IC. Terimakasih banyak lagi ke Labib yang sudah
datang.
Namun, ujian datang… Saya sempat kebingungan mencari medali
saya. Sejak awal dapat medali sampai sebelum pulang, saya selalu menyimpan
medali saya di kantong ajaib saya. Tapi, medalinya ga ketemu. Walhasil, saya
berfoto bersama tanpa medali.
Setelah wawancara, saya mencoba membuka koper dan
taraaa.. medalinya ada di bagian dalem koper yang paling dekat dengan resleting.
Bingung juga kenapa ada disitu. Rasanya tidak mungkin saya menaruh medali di
tempat yang rada tersembunyi untuk penyambutan medali di bandara. Mungkin saya
memindahkannya di menit-menit terakhir kepulangan sehingga nggak masuk memori.
Setelah makan malam dan sedikit foto lagi, saya harus
berpisah dengan temen-temen seperjuangan dan kembali ke IC.
Saya mulai menderita jetlag. Saya stress sendiri garagara
susah tidur. Diantara tidur nggak tidur, tiba-tiba saya mendengar suara bacaan
Al-Quran yang merdu. Mendadak saya pusing sendiri dan seakan menyangkal ‘tidak
mungkin ada ngaji di negara ini’. Saya terkesiap bangun… oooh saya sudah ada
di Indonesia. Seneng banget kembali denger ngaji lewat speaker IC.
26 Agustus 2014
Saya mengikuti apel pagi. Saya diminta
memberi sepatah dua patah kata. Waktu itu, saya menyampaikan dua hal yang
sebenernya saya sadur dari orang-orang disekitar saya.
Pertama adalah mencintai geografi. Geografi di Indonesia
seakan masih kurang karena jajahan kolonial Belanda. Zaman dulu, geografi
dikesampingkan karena para kolonis takut pada ahli geografi. Bagi mereka,
geograf adalah orang yang bisa menggenggam dunia. Saat ini, Indonesia semakin memperbaiki
geografi sebagaimana negara maju lain yang telah meletakkan geografi sebagai
salah satu pelajaran utama.
Kedua adalah memantaskan diri. Kita sering mendengar teman
berprestasi dan berkata ‘Pantesan..’. Sering juga kita mendengar teman
berprestasi dan berkata ‘hah iya? Dia kan blablabla’. Kita akan senang jika kita
berprestasi dan orang mengatakan ‘pantes’ (saya juga belum tahu sebenernya saya
pantas atau tidak -.-). Kita perlu selalu
memantaskan diri dalam berbagai hal jika menginginkan sesuatu. Namun, bisa jadi
kita sudah pantas untuk sesuatu itu, tapi waktu yang belum pantas bagi kita.
Semoga kita termasuk orang-orang yang pantas, Aamiin.
aku baca ini kayak baca bukunya hanum salsabiela rais.
ReplyDeletekeren!!!
keren banget, semoga aku juga bisa keliling eropa..amiin
ReplyDeleteWish i can be like you... aamiin!
ReplyDeleteSemoga lebih sukses lagi depannya!
-Rein, Man ICS Angkatan '20: Axiora Van Dernata Eternallic
LUAR BIASA!! Perjuangan itu mendaki. Selamat berjuang meraih 'kepantasan-kepantasan' itu lagi
ReplyDeletespeechless.... :)
ReplyDeletewah keren keren , luar biasa perjuangan nya , berjuang dan semangat terus di eropa...!
ReplyDelete