Sebuah kejadian tidaklah abadi, namun lain halnya kenanganJiwanya akan tetap ada meski detailnya telah terlupakanNafasnya akan tetap terasa meski orang-orang di dalamnya tak tersisakanKesannya akan tetap tertinggal meski ingatan telah terkaburkanKenangan akan tetap bertahan meski waktu menghempas kejadian
Hari ini genap satu tahun.
Aku masih ingat betapa menariknya hari itu dengan bermacam
emosinya. Dinanti karena dekat dengan masa depan, tapi ditakuti karena lekat
dengan perpisahan. Disukai karena banyak bertabur senyuman, tapi dibenci karena
diwarnai tangisan. Terasa hangat oleh perhatian, tapi dingin karena kepergian.
Setiap seseorang sampai pada suatu hari peringatan,
seringnya ia berkata, “Terasa cepat ya! rasanya baru kemarin kita…”
Ya, rasanya baru kemarin kita wisuda.
Hari ini kita bisa berkata seperti itu. Tapi saat
menjalaninya, bukankah setahun tidak se”kemarin” itu? Pasti banyak hal yang
telah kita pelajari, walau merasa tidak melakukan apa-apa. Pasti banyak yang
bisa kita bagi, meski rasanya sedikit memiliki. Pasti ada orang-orang baru,
cerita baru, dan masalah baru, meskipun merasa orangnya cuma itu-itu saja dan
masalahnya juga berputar di topic yang sama. Perubahan itu selalu ada setiap
detiknya seperti napas kita, tak pernah kita lihat, jarang kita sadari, tapi
dia ada dan selalu terjadi selama kita masih hidup.
Jadi apa yang kupelajari
sejak wisuda sampai hari ini?
Aku belajar tentang kampusku dan apa-apa yang ada di
dalamnya. Mengenal dan bekerjasama dengan orang-orang baru yang tak pernah
kukenal sebelumnya. Belajar melihat permasalahan dari akarnya dan mencari
solusi dengan berbagai pertimbangan. Belajar menilai seseorang dan berkaca pada
diri sendiri. Belajar mengamati dan memahami.
Aku belajar untuk bertanggungjawab pada pilihanku. Belajar
tidak mengeluh meski banyak sekali tuntutan akademik. Belajar untuk bertahan
dan menghargai. Belajar untuk ikhlas dan mengikhlaskan. Belajar untuk tersenyum
meski tidak punya keinginan untuk itu.
Aku belajar manajemen waktu. Belajar tentang kontribusi dan
posisi. Belajar tentang niat dan tujuan. Belajar mengungkapkan kerinduan dengan
benar.
Tapi…
Yah, namanya juga
belajar.
Tidak semua membuahkan hasil maksimal. Beberapa diantaranya
hanya sedikit sekali kadar keberhasilannya, sehingga yang kudapat juga masih
sedikit. Sedikit ini masih bisa kutambah lagi dengan belajar lebih banyak dalam
waktu yang lebih lama. Itulah yang akan kulakukan.
Ibarat seorang bayi, pada saat usianya satu tahun dia sudah sedikit
terbiasa dengan dunia. Dia sudah mengerti bahasa, namun belum dapat berbicara.
Dia sudah bisa berdiri dan melangkah, namun belum paham ke arah mana kakinya
akan dibawa. Dia sudah mengenal rupa, namun belum bisa menilai tingkah laku.
Kurang lebih begitulah kita saat ini. Kita tahu bahwa kita
harus melakukan sesuatu untuk negeri ini. Tapi kita belum tahu apa yang
benar-benar bisa kita lakukan, kita belum tahu akan kemana kaki ini kita langkahkan.
Akademisi kah? Wirausahawan kah? Politikus kah? Insinyur kah? Pendidik kah? Kita
masih mencari tahu.
Kita masih belajar dan kita akan terus belajar. Mungkin saat
ini belum banyak yang kita miliki dari sekian banyak yang kita pelajari. Tapi
seperti seorang bayi berusia satu tahun, suatu hari nanti dia akan bisa
berbicara, ia akan mampu menentukan kemana ia akan berjalan, ia akan mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Yang dibutuhkannya hanya waktu
untuk terus belajar.
Maka itu yang kita butuhkan, waktu.
Andriana Kumalasari
31 Mei 2015
31 Mei 2015
00:00 (UT+7)
No comments :
Post a Comment