5/31/2015

Seperti Seorang Bayi


Sebuah kejadian tidaklah abadi, namun lain halnya kenangan
Jiwanya akan tetap ada meski detailnya telah terlupakan
Nafasnya akan tetap terasa meski orang-orang di dalamnya tak tersisakan
Kesannya akan tetap tertinggal meski ingatan telah terkaburkan
Kenangan akan tetap bertahan meski waktu menghempas kejadian

Hari ini genap satu tahun.
Aku masih ingat betapa menariknya hari itu dengan bermacam emosinya. Dinanti karena dekat dengan masa depan, tapi ditakuti karena lekat dengan perpisahan. Disukai karena banyak bertabur senyuman, tapi dibenci karena diwarnai tangisan. Terasa hangat oleh perhatian, tapi dingin karena kepergian.
Setiap seseorang sampai pada suatu hari peringatan, seringnya ia berkata, “Terasa cepat ya! rasanya baru kemarin kita…”
Ya, rasanya baru kemarin kita wisuda.
Hari ini kita bisa berkata seperti itu. Tapi saat menjalaninya, bukankah setahun tidak se”kemarin” itu? Pasti banyak hal yang telah kita pelajari, walau merasa tidak melakukan apa-apa. Pasti banyak yang bisa kita bagi, meski rasanya sedikit memiliki. Pasti ada orang-orang baru, cerita baru, dan masalah baru, meskipun merasa orangnya cuma itu-itu saja dan masalahnya juga berputar di topic yang sama. Perubahan itu selalu ada setiap detiknya seperti napas kita, tak pernah kita lihat, jarang kita sadari, tapi dia ada dan selalu terjadi selama kita masih hidup.

Jadi apa yang kupelajari sejak wisuda sampai hari ini?

Aku belajar tentang kampusku dan apa-apa yang ada di dalamnya. Mengenal dan bekerjasama dengan orang-orang baru yang tak pernah kukenal sebelumnya. Belajar melihat permasalahan dari akarnya dan mencari solusi dengan berbagai pertimbangan. Belajar menilai seseorang dan berkaca pada diri sendiri. Belajar mengamati dan memahami.
Aku belajar untuk bertanggungjawab pada pilihanku. Belajar tidak mengeluh meski banyak sekali tuntutan akademik. Belajar untuk bertahan dan menghargai. Belajar untuk ikhlas dan mengikhlaskan. Belajar untuk tersenyum meski tidak punya keinginan untuk itu.
Aku belajar manajemen waktu. Belajar tentang kontribusi dan posisi. Belajar tentang niat dan tujuan. Belajar mengungkapkan kerinduan dengan benar.
Tapi…
Yah, namanya juga belajar.
Tidak semua membuahkan hasil maksimal. Beberapa diantaranya hanya sedikit sekali kadar keberhasilannya, sehingga yang kudapat juga masih sedikit. Sedikit ini masih bisa kutambah lagi dengan belajar lebih banyak dalam waktu yang lebih lama. Itulah yang akan kulakukan.
Ibarat seorang bayi, pada saat usianya satu tahun dia sudah sedikit terbiasa dengan dunia. Dia sudah mengerti bahasa, namun belum dapat berbicara. Dia sudah bisa berdiri dan melangkah, namun belum paham ke arah mana kakinya akan dibawa. Dia sudah mengenal rupa, namun belum bisa menilai tingkah laku.
Kurang lebih begitulah kita saat ini. Kita tahu bahwa kita harus melakukan sesuatu untuk negeri ini. Tapi kita belum tahu apa yang benar-benar bisa kita lakukan, kita belum tahu akan kemana kaki ini kita langkahkan. Akademisi kah? Wirausahawan kah? Politikus kah? Insinyur kah? Pendidik kah? Kita masih mencari tahu.
Kita masih belajar dan kita akan terus belajar. Mungkin saat ini belum banyak yang kita miliki dari sekian banyak yang kita pelajari. Tapi seperti seorang bayi berusia satu tahun, suatu hari nanti dia akan bisa berbicara, ia akan mampu menentukan kemana ia akan berjalan, ia akan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Yang dibutuhkannya hanya waktu untuk terus belajar.

Maka itu yang kita butuhkan, waktu.

Andriana Kumalasari
31 Mei 2015
00:00 (UT+7)

No comments :

Post a Comment