Nampak nya tak semua institusi punya sindrom jenis ini. Tapi IC punya. Efeknya beragam, entah itu baper, menjadi semangat, atau menyambung kembali tali yang terbengkalai.
IC memang mempunyai acara wisuda yang sangat sakral bagi saya. Semacam ada perasaan khusus ketika melihat kakak kelas atau adik kelas di wisuda. Wisuda menjadi salah satu simbol seseorang telah lulus melewati segala romansa IC, dari aturan ketat, jadwal ketat, hingga nilai ketat. Disamping itu, persaudaraan pun juga ketat. Wisuda menjadi hari terakhir untuk bersama.
Saya sangat bersyukur bisa berada di momen itu. Sangat senang. Kebetulan sekali, Saya juga tidak bisa mempersiapkan diri untuk keperluan wisuda dan pulang kampung. Bahkan, waktu itu tanggal wisuda bertepatan dengan tes komprehensif pelatnas terakhir. Saya berterimakasih sekali untuk semuanya yang membantu persiapan wisuda dari pengukuran tinggi badan dan baju, mengangkat telpon saya, hingga mengirim baju jadinya ke Bandung. Disamping itu, tes komprehensif juga suatu bagian sakral dari pelatnas, apalagi pelatnas terakhir. Bapak dan kakak pembina menganggap alasan wisuda itu konyol. Menurut mereka, wisuda itu cuma formalitas. Saya coba jelaskan betapa pentingnya wisuda bagi saya. Saya termasuk anak yang jarang ada di asrama atau sekolah. Sedih sekali rasanya jika saya kembali ke IC, dan mendapati semua saudara saya sudah pulang. Saya hanya minta satu hari percepatan tes untuk berada di hari terakhir masa Aliyah. Alhamdulillah, akhirnya mereka akhirnya menyetujui setelah saya selesai urus surat dan dokumen.
30 Mei 2014, saya mengerjakan tes komprehensif. Seperti yang sudah saya ceritakan, performa saya tidak seprima sebelumnya. Yang penting, Basmalah. Tak lama setelah tes, mobil sekolah sudah datang untuk menjemput. Cepat cepat berkemas dan perpisahan dengan teman pelatnas. Dan pulang. Entah tengah malam atau sudah dini hari, saya sampai di IC. Kampus sudah sepi. Saya kembali ke asrama. Taraaaa.. teman teman akhwat menyambut saya dari balik pintu. Terima kasih yaa.. Saya lega akhirnya pulang juga.
31 Mei 2014, saya di hari wisuda. Saya dijelaskan sedemikian rupa wisuda dari berbaris, berdiri, berjalan, hingga membawa selongsong. Dan wisuda pun berjalan. Saya sangat bersyukur bisa berada di momen itu. Sangat senang. Sebenarnya saya kurang all out sih, pikirannya masih melayang hihi. Yang penting, live the moment :D Foto sanasini, maaf sanasini, dan sebagainya. Tak lupa terima kasih juga guru dan orang tua yang mendampingi hingga saya bisa dapat lulus di wisuda (dan tes komprehensif itu). Saking asyiknya dengan yang lain, ibu saya cemburu karena lebih banyak foto sama teman daripada dengan keluarga. Ya begitulah bu, saya harus menunggu waktu yang lama untuk bertemu lagi atau malah tak bertemu dengan mereka setelah wisuda.
Setelah itu, saya mulai mengepak barangbarang untuk pulang kampung. Asrama sudah sepi. Saya menyaksikan teman yang pulang satu per satu. Saya yang terakhir pulang di kalangan akhwat, mungkin juga di ikhwan(?).
Selepas wisuda, saya bersyukur bisa jika bertemu kembali dengan beberapa teman. Senang sekali. Terima kasih sudah mengakomodasi saya. Yang saya dapat dari pertemuan kembali dengan anak IC adalah recharge. Bekal saya selepas kelulusan seringkali kurang. Saya butuh sekali pengisian kembali dari saudara saudari.
Selepas wisuda, saya sempat menulis puisi terakhir sebelum saya sekarang sudah malas menulis lagi.
Ya begitulah, kita dulu pernah ditempa bersama. Semoga menjadi rakawira dan rakanita yang akhlaknya safir dan gigih mengemban garuda. Sempurna sudah. Paling akhir, nanti masuk surga bersama. Amiin.
PURNA WIDYA
Dua ribu empat belas di akhir bulan lima
Tergelar walimah di pancaniti candradimuka
Sekelebat halimun ikhtisar silam
Bungsu yang dibuka dengan iftitah dan ibtida
Hari Nuzulul Qur’an berpekik merdeka
Merakit wasilah wiracrita yang gaharu
Panengah yang dijunjung dengan wibawa dan waskita
Gemulung dalam jenggala berwarna wilis
Menjadi gendewa gendarmeri yang pualam
Sulung yang dipanut dengan gerigi dan gerinda
Wirid padaNya dalam sukma kalis
Melarung ibrah ilmu yang mahaguru
Bulan kami kan terukir,
Rakawira dan rakanita berakhlaq safir
Bakti kami pada pancacita,
Gigih gagah mengemban jathayu gempita
Kami lah karuhun ulung,
Teguh tegar menggenggam din Islam adiluhung
Istikmal sudah zamrud purna widya
Ijazah kami adalah kawan, saudara, ada pula pasangan
Ihtifal kami nanti di mahligai haribaan-Nya
#Special Tribute for MGNV
UYUN Charisa Aziza
No comments :
Post a Comment