7/18/2014

Tentang Seorang Pujangga yang Berlabuh ke Polandia



Sebenarnya ini hanyalah sebuah keisengan. Karena sedang tidak ada topik untuk menulis, jadi saya memilih untuk lebih memperkenalkan kepada dunia sosok yang sangat ajaib. Begitulah sekiranya kami mengenalnya sepanjang tiga tahun ini.


Uyun Charisa Aziza

Nama indah yang dititipkan pada insan mulia ini. Lahir di Blitar tepatnya pada 24 April, delapan belas tahun silam. Yang kemudian atas izin-Nya kami bertemu dengan sosok yang kerap kami sapa dengan “bunda” ini.
Sebuah sapaan pasti terlahir karena sifat yang dibawa pribadi tersebut tentunya. Pantas saja, dengan sifatnya yang keibuan dan suka menolong ini Ia menjadi ketua angkatan saya saat masih kelas X, MAN Insan Cendekia Serpong. Tangannya yang selalu terbuka untuk menolong sesama dan suka tersenyum, membuat kami segan padanya. Uyun ini adalah sosok yang juga sangat menghargai orang lain. Andai saja kamu datang padanya untuk bercerita atau meminta pendapat, Uyun akan menjadi telinga dan pemberi saran yang baik. Ia juga merupakan story teller yang sangat ekspresif. Dan saat bercerita, terkadang Ia suka tertawa sendiri.

Pribadi yang mudah bergaul ini merupakan salah satu pujangga angkatan. Kelihaiannya membuat puisi jangan ditanyakan lagi. Hal tersebut tentu dibarengi dengan aksi mantapnya saat membaca puisi. Sering kami dibuat bergetar saat mendengar bacaan puisinya. Suaranya lantang, tegas, dan membahana. Yakin, kalian harus mendengarnya walaupun sekali. Begitulah Ia dengan prestasi yang diraihnya pada sebuah Lomba Cipta Baca Puisi 4 Pilar se-Jabodetabek. Uyun dianugerahi sebagai pemenang utama lomba tersebut untuk kategori perempuan. Tentu, sudah tidak diherankan jika Ia memenangkan kontes ini.

Di samping itu, Uyun merupakan sosok yang cerdas dan ceria. Gelar juara satu paralelnya saat kelas XI mengantarkannya untuk melakukan study exchange pada sebuah program yang diselenggarakan oleh Kizuna, sebuah lembaga jepang. Walhasil hadiah-Nya itu sangat membuatnya senang, tentu karena semakin banyak kenalan yang Ia dapat. Setelah perjalanan singkatnya ke Jepang, Uyun pun mempresentasikan apa yang telah di dapatnya dari negeri matahari terbit itu kepada kami. Ia juga membawakan oleh-oleh berupa karet gelang warna-warni yang menurut penduduk setempat melambangkan ikatan.

Sedihnya, beberapa teman kamarnya mengaku sedih karena Uyun jarang berada di kamar untuk ikut berbagai kegiatan. Ya, wajar dia kan cerdas. Entah tiba-tiba hilang untuk pergi umrah, ke jepang untuk mengahdiri Kizuna, atau sekadar pelatihan olimpiade. Iya. Jadi, Uyun ini termasuk salah satu aktifis di bidang Geografi. Ia masuk dalam klub ICOT (Insan Cendekia Olymphiad Team) yang menghantarkannya menuju pintu gerbang OSN tingkat nasional (yang ini dibahas nanti lagi ya). Saking jagonya, kami sampai menyebutnya peta berjalan. Mungkin peta telah menjadi kawan karibnya sejak lama. Hafalnya Ia dengan letak berbagai tempat di dunia sama lihainya dengan hafalnya Ia dengan muka orang. Uyun ini suka sekali mengingat muka orang yang pernah dikenalinya.

Nah, selain pengalamannya ke jepang. Akhirnya Uyun mendapat beasiswa untuk melanjutkan studinya ke APU, Asian Pasific University. Tapi beasiswa yang didapatnya itu tidak termasuk biaya hidup. Jadi masih harus menambal kekurangan. Uyun pun mengikuti seleksi untuk mendapatkan beasiswa ILA (lembaga milik kementrian agama yang memberikan beasiswa kepada siswa-siswi lulusan MAN). Dalam perjalanannya, Ia bercerita, seandainya Ia tidak mendapat beasiswa ILA untuk studinya di APU, tentu Ia harus mengikuti SBMPTN. Padahal Uyun sudah mantap tidak mendaftarkan diri pada seleksi undangan PTN, SNMPTN. Apalagi dengan kondisinya yang sering meninggalkan kelas untuk latihan platnas (Pelatihan Nasional) OSN, menghadapi SBMPTN yang kualitas soalnya wah, menjadi kekhawatiran sendiri baginya. Lebih-lebih saingan peserta ILA banyak yang merupakan siswa yang baru-baru ini melakukan study exhange­ ke Amerika. Dan untuk IPS, yang diterima beasiswa ILA hanya dua orang saja. Tambah deg-degan tentunya.
Dan... hadiah dari Allah memang selalu menakjubkan. Uyun terpilih menjadi salah satu penerima beasiswa ILA. Dan tinggallah melakukan persiapan menuju sekolah selanjutnya.

Sekarang mengenai platnas yang membuatnya jarang berada di asrama. Begitu sampai Ia menjejaki kelas XII. Sebenarnya awal-awal Uyun masih sering bersama kami. Tapi karena kesuksesannya meraih medali perunggu di OSN tingkat provinsi, membuatnya harus maju untuk tahap seleksi selanjutnya. Pelatihan ini memang memakan banyak waktu. Bahkan sampai detik-detik wisuda. Uyun harus mengikuti tes ini-itu agar bisa terpilih menjadi perwakilan Indonesia untuk mengikuti iGeo (International Geografi Olymphiad). Kami masih ingat saat Uyun begitu ingin melangsungkan wisuda bersama kami. Ia bela-belain memajukan beberapa tesnya agar bisa pulang sebelum hari-H wisuda. Kami juga ingat, saat terkadang berkumpul di living astri H dan menerima telefon dari Uyun, pasti kami langsung mengerubungi itu hp asrama. Iya, kangen. Uyun menanyakan kabar kami, sedang apa kami, dan minta doa agar dilancarkan urusannya. Kadang suara kami riuh karena begitu senang mendengar suara bunda angkatan ini. Dan keributan ini malah justru membuat suara tawa atau sesenggukan dari seberang telefon. Ah, saat-saat itu.

Hari wisuda kami jatuh pada 31 Mei 2014. Malam sebelumnya, sekitar jam 24.00 kami menerima telefon bahwa Uyun sudah tiba. Beberapa dari kami pun langsung turun ke lantai satu untuk menyambut kedatangannya. Dan saat Uyun memasuki asrama, kompak kami menyanyikan “selamat datang Uyun” dengan nada lagu happy birthday. Eh, Uyun malah langsung nangis di depan pintu. Kami memeluknya, menyalaminya, dan mengantarnya ke kamar. Satu mimpi Uyun pun terwujud lagi untuk bisa wisuda bersama angkatannya, Magnivic Alencearin.

Perihal yang membuatku juga terkesan adalah peristiwa beberapa hari saat libur UN. Ceritanya beberapa di antara kami baru saja melangsungkan pendakian di Gunung Gede. Setelah pendakian itu, saya meminta pesan dari Uyun yang dituliskan di sebuah notes cokelat kecil. Sebenarnya hal ini juga dilakukan oleh beberapa siswa lain. Kagetnya, Uyun menulis beberapa kalimat yang ada di beberapa entri di blogku beserta tanggalnya. Hal itu tentu membuatku sangat tersanjung (terima kasih, Uyun). Ia memang unpredictable.
Setelah beberapa hari atau minggu setelah wisuda, tepatnya kapan saya lupa, kami mendapat berita bahwa Uyun lulus platnas dan akan maju mewakili Indonesia pada iGeo di Polandia. Polandia, men! Kami yang mendengarnya saja bangga, haru, takjub, dan entahlah tidak bisa digambarkan. Apalagi Uyun yang mengalaminya. Pasti Ia sangat senang.



Siapapun yang membaca ini, mohon doanya. Tidak hanya untuk Uyun tapi juga untuk semua perwakilan Indonesia yang mengikuti International Olymphiadlainnya. Semoga mereka dapat mengharumkan bangsa Indonesia. Membuktikan bahwa Indonesia mampu dan tidak hanya dijadikan keset belaka.

Mungkin ini,sedikit rangkaian cerita mengenai Uyun, sosok yang kharismatik. Tidak sempurna memang. Tapi mungkin jika kalian telah menemuinya, kalian bisa menemukan bagian mana yang hilang. Karena di setiap perjalanannya selalu menarik untuk didengar, untuk diambil pelajaran, untuk dijadikan panutan.
Saya tidak yakin ada berapa Uyun di dunia ini, tapi kalian harus menemui Uyun yang satu ini.

Terima kasih bunda, engkau sangat berharga.
Doakan aku bisa menyusulmu ke Jepang nanti:’D

Repost dari blog milik Aisyah Nur Izzati http://zenn-izzati017.blogspot.com/2014/07/sebenarnyaini-hanyalah-sebuah-keisengan.html

No comments :

Post a Comment